Terkadang stereotipe atau pandangan orang identik dengan atributnya. Apakah itu kelompoknya, agamanya, jabatannya, keturunannya, status sosialnya, atau apapun yang dikenakannya. Dan sikap yang dilakukan salah seorang dari suatu kelompok sangat berpengaruh untuk membuat suatu ciri kelompok.
Beberapa bulan yang lalu, aku mendengar perbincangan orang di salah satu salon di daerah Bekasi (Bukan maksud menguping hanya saja suara mereka cukup keras, sehingga telinga ini pun menangkap pembicaraan mereka). Salah satu dari mereka berkata: “ Tau nggak si A yang pakai jilbab itu lho, masa dia pakai jilbab tapi hamil di luar nikah. Percuma yah pakai jilbab”.
Aku hanya membatin kenapa harus mengikutsertakan kata jilbab. Tidak ada yang salah dengan jilbabnya. Cukup si A itu saja yang salah. Jilbab tidak ikut campur dalam kesalahan yang diperbuat si A. Ada juga yang menganggap akhwat yang memakai jilbab panjang dan ikhwan berjenggot panjang identik dengan Islam dan ciri-ciri teroris. Perlu dicatat disini teroris itu bukan Islam tapi orang yang melakukan kejahatan teroris itu sendiri.
Aku juga pernah salah menilai orang karena atributnya. Seorang tukang parkir berperawakan agak seram dengan rambut gondrong dan terlihat banyak tato di sepanjang tangannya. Dia tukang parkir illegal yang memanfaatkan daerah kosong di dekat mall ITC Kuningan. Tapi image seram itu langsung hilang ketika aku membeli nasi uduk dari si Tato itu, ternyata di pagi hari si Tato berjualan nasi uduk dekat kantor (Biasanya tukang nasi uduk identik dengan ibu-ibu). Dia cekatan dalam membungkus nasi dengan kertas minyak, meletakkan lauk, menaburi bawang goreng dan kerupuk. Dia ramah sekali, bercerita ngalor ngidul, dan selalu memberikan senyuman. Sungguh berbeda dengan pikiran negatifku sebelumnya.
Don't judge people by their cover.
Polisi pada umumnya identik dengan sikap tegas dan serius, namun sikap menghibur ternyata juga langsung tergambar pada Polisi karena kehebohan Briptu Norman dalam lipsing chaiya-chaiya.
Anggota DPR banyak yang berbuat korupsi? Iyah, tapi dengan catatan banyak bukan berarti semuanya. Jangan sampai dengan senang hati kita mencap semua anggota DPR itu sebagai koruptor. Lantas, bagaimana dengan anggota DPR yang bersih dari sifat korupsi. Padahal dia sedang berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk rakyat, namun malah di caci dengan kata koruptor oleh rakyatnya yang sedang dibela.
Minggu lalu, aku menonton acara kick andy. Diceritakan seorang anak Bali bernama Ni Wayan Mertayani atau yang biasa disapa Wayan Sepi, dia berprofesi sebagai pemulung. Namun dia telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia dengan menjadi juara satu lomba fotografi Internasional yang diselenggarakan di Belanda, padahal dia hanya bermodalkan kamera yang dipinjamkan turis yang datang ke Bali (Turis itu pun yang memberikan izin si cewek Bali membaca di perpustakaan pribadinya). Si cewek Bali menulis buku yang sudah go International. Saat Andrea Hirata memberikan buku laskar pelangi versi Inggris ke cewek Bali dan berkata “Wah, aku kalah sama cewek belia, buku laskar pelangi membutuhkan waktu lima tahun untuk go International”.
Si cewek Bali bercerita “Mungkin karena aku miskin, dulu ketika di sekolah, aku sering di ejek dan di hina oleh teman-teman. Malahan dianggap pencuri. Padahal aku tidak sama sekali mencuri barang yang dituduhkan teman-teman. Apakah setiap orang miskin harus dianggap sebagai pencuri?”. Dan kameramen Metro TV menyorot Ibunda cewek Bali yang menangis (mungkin karena kasihan). Disini atribut miskin identik dengan pencuri.
Dan sekarang, apakah ketika kamu mengetahui aku alumni Al-Zaytun, lantas kamu menjauh? Setelah sekarang sedang heboh berita-berita miring tetang Al-Zaytun. Adapun kalau aku punya salah, kamu jangan anggap sama teman-temanku di Al-Zaytun punya salah yang sama denganku. Begitupun jika mereka ada yang berbuat salah, jangan anggap aku bisa berbuat salah seperti apa yang mereka berbuat, walaupun kami se-almamater. Karena itu hanya atribut, dan semuanya kembali pada kepribadian masing-masing.
======
"Ndak usah banyak melawan fitnah dengan perkataan, cukup buktikan bahwa kita orang baik melalui semua tingkah laku dan akhlak kita" (SMS dari Om nya Nesya).